by MNS (opini rakyat)


Politik memiliki banyak makna, kebanyakan maknanya berhubungan dengan aspek kekuasaan.

Menanggapi isu politik terkini menjelang Pilpres 2024 yang terus berkembang melalui media, aneh bin ajaib, tidak ada yang menyangka satu nama santer diberitakan yang berpotensi duduk di tampuk tertinggi kekuasaan, yakni Gibran Rakabuming Raka.

Dengan latar belakang sebagai putra Presiden Indonesia saat ini, Walikota Solo, wirausaha, dan anak muda milenial membuat sosok Gibran memiliki kesempatan besar untuk berkompetisi dalam kontestasi politik. Sosoknya digadang-gadang menjadi cawapres berpasangang dengan Prabowo Subianto dalam Pilpres 2024.

Sejak Gibran memantapkan diri untuk terjun di dunia politik, ketika mencalonkan sebagai Walikota Solo pada Pilkada 2020, isu politik dinasti mencuat pada keluarganya.

Mengutip pengertian politik dinasti dalam website Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (mkri.id), politik dinasti dapat diartikan sebagai sebuah kekuasaan politik  yang dijalankan oleh sekelompok orang yang masih terkait dalam hubungan keluarga. Dinasti politik lebih indentik dengan kerajaan. Sebab kekuasaan akan diwariskan secara turun temurun dari ayah kepada anak. Agar kekuasaan akan tetap berada di lingkaran keluarga.

Sedangkan yang terjadi saat ini bukanlah suksesi yang mewariskan ataupun pergantian dari ayah kepada anaknya untuk melanggengkan kekuasaan.

Jika mendasar dengan pemikiran yang logis dan objektif, ketika Gibran terpilih jadi Walikota Solo melalui Pilkada 2020 yang menerapkan asas luber (Langsung, Umum, Bebas, dan Rahasia).

Secara empiris jika berpijak pada definisi, tidak ada politik dinasti di Indonesia. Mulai dari Presiden, Gubernur, Bupati/Walikota semuanya dipilih dari rakyat secara demokratis dan luber. Bahkan sebelum dilantik rakyat mempunyai hak untuk menggugat dengan regulasi hukum yang berlaku.

**